ANALISIS LIRIK LAGU SEBELUM CAHAYA
DALAM KAJIAN SEMANTIK
HIDAYATUL ILMIAH
122074044
PB 2012
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Surabaya
Email: hidayatulilmiah64@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian
ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa lagu merupakan karya sastra yang
indah. Selain dengan tujuan untuk menghibur, lagu juga terkadang menyampaikan
makna tersirat kepada masyarakat. Hal itu yang menjadi nilai estetika, bahwa
makna suatu lagu akan semakin indah apabila bahasa yang digunakan mengandung unsur-unsur
asosiatif atau konotatif. Tak
berbeda dengan puisi, lirik lagu menggunakan bahasa kias yang memiliki makna
tersirat atau tidak sebenarnya. Bahkan terkadang mengandung gaya bahasa,
citraan ataupun yang lain. Objek analisis ini adalah lirik lagu Sebelum
Cahaya, yang dinyanyikan oleh grup band Letto dengan penciptanya yaitu sang
vokalis Noe yang tak lain putra dari budayawan Emha Ainun Najib. Ternyata
pribahasa ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’ berlaku untuk Noe. Dia mewarisi
bakat ayahandanya. Dalam setiap lagunya, Letto selalu menyuguhkan lagu-lagu
yang tak hanya indah dari segi musik namun estetika lirik sangat luar biasa, sebut
saja beberapa lagu diantaranya yaitu Ruang Rindu, Permintaan hati, Sebelum
Cahaya, Lubang di Hati, dan lain-lain. Adapun salah satu lagu yang ‘menyentuh’
yakni Sebelum Cahaya. Bahasa yang digunakan terkesan mengandung makna tersirat
dan bisa disebut ‘tersembunyi’. Hal tersebut dapat menyebabkan kesenjangan
antara pencipta dan penikmat lagu. Oleh karena itu, diperlukan analisis tentang
lagu ini agar makna yang terkandung di dalamnya bisa tersampaikan sepenuhnya
kepada masyarakat.
Kata kunci: lirik lagu Sebelum Cahaya, semantik, makna
asosiatif
PENDAHULUAN
Bahasa bukan hanya sekedar deretan kata yang
tersusun sedemikian rupa yang diucapkan oleh manusia untuk saling berinteraksi
dan berkomunikasi dalam kehidupan, namun lebih dari itu. Harimurti Kridalaksana
(1985:12) menyatakan bahwa bahasa
adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh kelompok
manusia. Dalam suatu kelompok masyarakat, bahasa tak hanya sebagai media
komunikasi melainkan juga sebagai jati diri atau identitas. Mengapa ? karena
bahasa merupakan cerminan pribadi ataupun kebudayaan, baik dalam arti individu;
kelompok; atau bahkan Negara sekalipun. Hal ini selaras dengan gagasan yang
diungkapkan oleh Finoechiaro (1964:8) bahwa bahasa adalah sistem simbol vokal
yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu,
atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau
berinteraksi. Sejatinya bahasa timbul dari kebiasaan sehari-hari masyarakat itu
sendiri. Dengan bahasa kita mampu menginterpretasikan, bahkan mengekspresikan
diri. Penelitian atau analisis bahasa dilakukan selain untuk memperdalam teori
atau kajian bahasa, juga untuk menemukan suatu pemecahan dalam masalah
kebahasaan. Tak hanya mencangkup struktur melainkan makna yang terkandung di
dalamnya. Seperti halnya pengungkapan makna suatu lagu, lirik lagu merupakan
bagian dari karya sastra puisi. Seperti yang diungkapkan oleh Nyoman
(2009:425),
bahwa lirik
lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik lagu adalah karya sastra utama
dari puisi yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian. Maka pengajian makna bahasa dalam suatu lirik
lagu dapat mengungkapkan isi atau amanat yang terkandung dalam lagu tersebut
kepada masyarakat.
Analisis makna dalam suatu lirik lagu dengan
kajian semantik dimulai dari analisis kata-kata yang tersusun di dalamnya.
Semantik yakni disiplin linguistik yang membahas secara mendalam tentang sistem
makna (Pateda, 2010:65). Artinya bahwa dalam semantik, bahasa dikaji dari segi
makna. Entah makna berdasarkan struktural, ataupun citraan. Dimana citraan
sangat relatif, tergantung sudut pandang pemahaman seseorang. Sedangkan menurut
Verhaar (2006:13), semantik merupakan cabang linguistik yang membahas arti
atau makna, baik itu makna leksikal maupun makna gramatikal. Semantik dibagi
dua antara lain, semantik gramatikal dan semantik leksikal. Oleh karena itu
makna gramatikal, makna fungsional, makna struktural, atau makna internal.
Makna yang muncul dikarenakan akibat berfungsinya suatu kata dalam kalimat
sedangkan makna leksikal yaitu, makna suatu kata terdapat dalam kata yan g
berdiri sendiri. Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat
dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya
referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan
nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat
dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya
dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain
pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis,
yaitu makna leksikal dan makna kontekstual.
Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan erat
dengan budaya penuturnya. Artinya yaitu suatu hasil analisis pada suatu bahasa,
tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain. Selain itu, suatu kata
tak hanya mengacu pada satu kata saja. Melainkan juga bisa mengacu pada makna
yang lain. Sebagai contohnya adalah kata bisa, dapat diartikan ‘racun’ juga
dapat diartikan ‘mampu’. Tergantung konteks kalimatnya. Hal itu yang menjadi
salah satu kesulitan mengaji makna kata, apalagi jika menganalisis makna suatu
lirik lagu. Tak berbeda dengan puisi, lirik lagu menggunakan bahasa kias yang
memiliki makna tersirat atau tidak sebenarnya. Bahkan terkadang mengandung gaya
bahasa, citraan ataupun diksi. Begitu juga dengan lirik lagu Sebelum Cahaya.
Tak hanya melihat background penciptanya yang merupakan putra dari Budayawan
sekaligus Sastrawan Emha Ainnun Najib, namun grup band Letto memang memiliki
kecenderungan menyuguhkan lagu-lagu yang dari segi sastra sangat berbobot.
Selain pemilihan kata yang indah, gaya bahasa, dan diksi juga makna yang
terkandung di dalamnya sangat menyentuh. Dan sebagian besar bertemakan
ketuhanan, meski kata-kata yang tersusun terlihat diperuntukkan untuh kekasih
yang notabennya manusia. Dari ungkapan ‘cinta’, ‘rindu’, ‘hampa’ ataupun yang
lain. Namun apabila ditelaah dan diteliti lebih jauh, terutama dianalisis
seorang ahli bahasa. Maka lagu-lagu Letto cenderung bertema tentang Tuhan.
Dalam
penelitian ini, yang menjadi objek adalah lirik lagu Sebelum Cahaya yang akan
dikaji dalam salah satu cabang ilmu Linguistik yaitu Semantik. Dimana akan
dikaji lebih dalam tentang makna yang terkandung pada setiap deretan kata yang
tersusun di dalamnya. Sehingga dapat dipaparkan dan dijelaskan makna apa yang
ingin disampaikan penciptanya, mungkin juga terdapat amanat atau pesan tersirat
di dalamnya namun tak diketahui oleh pendengar. Maka dalam kajian ini pendengar
akan mendapatkan banyak informasi, selain pengetahuan tentang ilmu bahasa juga
tentunya makna lirik lagu Sebelum Cahaya tersebut. Analisis dalam lagu ini
hanya menyangkut makna, tidak menelaah tentang diksi, gaya bahasa atau yang
lain. Karena pada dasarnya Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang
membahas tentang makna suatu kata. Maka dalam penelitian ini hanya tentang apa
makna yang terkandung dalam lirik lagu Sebelum Cahaya ? dengan tujuan yang tak
lain adalah mengungkap makna pada lagu tersebut.
METODE
Melakukan penelitian, berarti peneliti harus
melakukan tiga tahapan yakni menyediakan data, menganalisis data dan menyajikan
hasil analisis data. Dalam menyediakan data, peneliti harus mengupayakan data
yang diperoleh cukup untuk penelitian. Data yang dimaksud adalah fenomena
lingual yang mencangkup masalah yang akan dikaji. Upaya penyediaan data itu,
semata-mata untuk dan demi kepentingan analisis (Sudaryanto 1993:5-6). Setelah
penyediaan data, maka peneliti mulai menganalisis data tersebut. Tahapan ini
merupakan tahapan yang paling penting dan sentral. Karena proses ini sangat
krusial dan harus benar-benar dilakukan dengan baik dan relevan. Metode yang
digunakan untuk proses analisis data terdiri dari dua, yakni metode Padan dan
metode Agih. Metode yang biasa disebut dengan metode identitas ini
merupakan metode yang dipakai untuk mengaji atau menentukan identitas satuan
lingual penentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa,
terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto
1993). Menurut Sudaryanto (1993) metode padan dibagi menjadi lima macam, yaitu metode referensial; metode fonetis artikulatoris; metode translasional; metode ortografis; dan metode pragmatis. Sedangkan metode Agih adalah
metode analisis data yang alat penentunya justru bagian dari bahasa itu. Alat
penentu dalam rangka kerja metode Agih selalu berupa unsur dari bahasa objek
sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi,
adverbial), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat), klausa, silabe kata,
titinada, dan yang lain. (Sudaryanto, 1993:15-16). Teknik pada metode Agih
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Untuk
menganalisis lirik lagu Sebelum Cahaya ini, peneliti menggunakan metode Padan.
Penelitian terhadap lirik lagu Sebelum Cahaya
ini, dilakukan dengan analisis makna kata berdasarkan kajian semantik. Penganalisisan
data yakni dengan mencari beberapa referensi penelitian sebelumnya serta
mengkomparasikan dengan hasil analisis peneliti. Dilakukan perbandingan dari
perbedaan dan persamaan data, sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih
akurat. Pencarian referensi dari penelitian-penelitian dilakukan dengan tujuan
agar hasil analisis terkesan tidak mengada-ada, sehingga bisa dilakukan perbandingan
karena analisis makna tergantung pemahaman peneliti terhadap konsep semantik
itu sendiri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lirik lagu Sebelum Cahaya :
Ku teringat
hati yang bertabur mimpi
Kemana kau
pergi cinta
Perjalanan
sunyi yang kautempuh sendiri
Kuatkanlah
hati cinta
Ingatkan
engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang
menemanimu sebelum cahaya
Ingatkan
engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang kan
membelaimu cinta
Kekuatan
hati yang berpegang janji
Genggamlah
tanganku cinta
Ku tak akan
pergi meninggalkanmu sendiri
Temani
hatimu cinta
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dapat
dipaparkan penjelasan tentang makna asosiatif , makna stilistik, makna afektif
dan makna kolokatif dalam tiap kata-kata yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.
Ku teringat hati yang bertabur mimpi
Kemana kau pergi cinta
Perjalanan sunyi yang kau tempuh
sendiri
Kuatkanlah hati cinta
Ingatkan engkau kepada embun pagi
bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkan engkau kepada angin yang
berhembus mesra
Yang kan membelaimu cinta
Kekuatan hati yang berpegang janji
Genggamlah tanganku cinta
Ku tak akan pergi meninggalkanmu
sendiri
Temani hatimu cinta
- Makna Asosiatif dalam lirik lagu Sebelum
Cahaya.
NO
|
Lirik
|
Asosiasi
|
1.
|
Ku teringat hati
|
Kesadaran tentang pengawasan Tuhan
|
2.
|
Bertabur mimpi
|
Tidur
|
3.
|
Kemana
kau pergi cinta
|
Pergi
|
4.
|
Perjalanan
sunyi
|
Sepi, kondisi yang sunyi dan senyap
|
5.
|
Kuatkanlah
hati cinta
|
Tidak lemah, tegar dan semangat
|
6.
|
Embun pagi bersahaja
|
Ketentraman, kenyamanan
|
7.
|
Yang kan
membelaimu cinta
|
Selalu menemani dan bersama
|
8.
|
Kekuatan
hati yang berpegang janji
|
Menepati janji, menjalankan
kewajiban, tanggung jawab
|
9.
|
Genggamlah
tanganku cinta
|
Mendekatkan diri
|
10.
|
Ku tak akan pergi meninggalkanmu
sendiri
|
Tetap bersama, tidak meninggalkan,
tidak beranjak pergi
|
11.
|
Temani
hatimu cinta
|
Selalu menemani
|
Makna asosiatif
yang biasa disebut dengan makna
kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Merupakan
makna
yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu
dengan sesuatu yang berada di luar bahasa (Chaer, 2007:293). Dari data di atas, ditemukan kata-kata ‘ku teringat
hati’ yang berasosiasi dengan kesadaran tentang pengawasan Tuhan. Artinya bahwa
Tuhan Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Tuhan mengetahui segala perbuatan dan
tindakan yang dilakukan makhlukNya, termasuk manusia. Lalu digabungkan dengan
kata-kata ‘yang bertabur mimpi’
dapat berasosiasi dengan kata tidur. Seyogyanya mimpi akan muncul ketika kita
tengah terlelap tidur. Lalu diperkuat dengan ‘kemana kau pergi cinta’ yang bisa
berasosiasi dengan pergi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ini bermakna seseorang
yang telah terlelap dalam tidurnya lalu bangun ataupun beranjak pergi.
Kemudian
dalam kalimat
perjalanan
sunyi yang kau tempuh sendiri kuatkanlah
hati cinta, kata ‘perjalanan sunyi’ memiliki
asosiasi sepi, kondisi yang sunyi dan senyap. Menjelaskan bahwa
suasana malam hari yang
begitu sunyi dan dilalui seorang diri. Kemudian kata-kata ‘kuatkanlah hati cinta’, kuat berarti tidak lemah, tegar dan semangat.
Maksudnya yaitu lebih memberi semangat, dorongan dan motivasi pada diri
sendiri. Pada bait kedua ingatkah engkau kepada embun
pagi bersahaja yang menemanimu sebelum cahaya ingatkah engkau kepada angin
yang berhembus mesra yang kan membelaimu
cinta. ‘embun pagi bersahaja’ artinya ketentraman atau
kenyamanan. Bahwa Tuhan
selalu memberi ketentraman dan kenyamanan pada kita. ‘Yang
kan membelaimu cinta’, memiliki asosiasi selalu menemani. Tuhan yang disini
adalah Allah mengingatkan
bahwa kita tidak sendiri dalam menjalankan shalat Lail.
Shalat Lail yaitu shalat malam bagi seorang muslim (manusia yang beragama
Islam) yang mempunyai hukum sunnah. Shalat Lail biasanya
dikerjakan dini hari, dan saat itu tentu ada tetesan embun pagi yang
selalu menemani kita hingga fajar terbit dari ufuk
timur dan semilir angin merasuk dalam tubuh dengan perhalan dan
lembut.
Kekuatan
hati yang berpegang janji genggamlah tanganku
cinta ku tak akan pergi
meninggalkanmu sendiri temani hatimu cinta. Kata-kata ‘kekuatan hati yang berpegang janji’ memiliki asosiasi menepati janji, menjalankan kewajiban ataupun
tanggung jawab. Artinya bahwa beribada kepada Allah itu hukumnya wajib. Harus
senantiasa dilaksanakan dengan sepenuh hati dan keikhlasan.
Ibadah kepada Sang Pencipta merupakan tanggung
jawab yang tidak boleh dilalaikan dan kata menepati janji yaitu tetap memegang
teguh komitmen kepada Allah untuk selalu beriman kepadaNya. Salah satunya yakni
dengan mengerjakan shalat, yang dalam hal ini adalah shalat Lail. Kemudian ‘genggamlah tanganku cinta’, selalu bersama Tuhan. Maksudnya bahwa kita sebagai manusia hendaklah
tetap berpegang teguh pada keyakinan. Dengan selalu menjalankan ibadah, menjaga
keimanan agar tidak terkikis oleh perubahan jaman. Lirik ‘ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri’, artinya tidak beranjak pergi. Allah akan selalu bersama hambaNya.
Allah tetap berada di sekitar kita, setia bersama kita. Namun terkadang justru
kita yang kian menjauhiNya. Dengan terus-menerus melakukan dosa. Sekarang melanggar aturan
Allah dianggap sudah biasa dan menjadi kebiasaan, sedangkan untuk beribadah
enggan melakukan. Lalu kata-kata ‘temani hatimu cinta’, selalu menemani. Seperti yang telah dijelaskan di
atas bahwa Allah tak pernah meninggalkan kita. Sang Khalik akan selalu menemani
manusia, yang telah diutusnya untuk menjadi khalifah di bumi. Namun nyatanya
dewasa ini, manusia sendiri yang merusak alam. Seperti pemborosan energy,
penebangan hutan sembarangan, membuang sampah sembarangan,
pembangunan-pembangunan yang tidak memperdulikan kelestarian lingkungan dan
lain-lain. Sehingga memicu terjadinya bencana, namun saat itu juga banyak dari
kita yang menyalahkan Allah. Kita tak pernah sadar bahwa itu ulah perbuatan
kita sendiri yang tak mau menjaga alam. Namun Allah tetap mengingatkan kita,
memberikan kita peringatan melalui bencana atau cobaan. Yang terpenting adalah,
Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita. Oleh karena
itu, sudah sepatutnya kita sebagai manusia harus mentaati segala ketentuanNya.
Karena meski manusia tidak taat Allah tidak akan pernah meninggalkan hambaNya.
-
Makna stilistik dalam lirik
lagu Sebelum Cahaya.
Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahaya
yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan
di dalam sebuah karya sastra. Rangkaian kata-kata dalam lirik
lagu Sebelum Cahaya menceritakan suatu keadaan saat masih terlelap tidur hingga
bangun dan perintah melaksanakan shalat malam saat suasana sepi. Lalu kehadiran
Allah yang senantiasa bersama kita dan tak pernah meninggalkan hambaNya,
sekalipun kita tidak taat kepadaNya. Cerita yang disuguhkan secara ringkas
namun padat tersebut membuat lirik lagu Sebelum Cahaya sarat akan makna
stilistik. Gaya bahasa personifikasi dapat ditemukan dalam kata-kata
berasosiasi atau bermakna kias yang telah diuraikan di atas. Sebenarnya
kata-kata tersebut merupakan perumpamaan, sehingga memiliki unsur makna
stilistik.
-
Makna afektif dalam lirik lagu Sebelum Cahaya.
Makna
afektif yaitu makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan bahasa. Makna
afektif yang akan dirasakan oleh pendengar atau pembaca lirik lagu ini yaitu
seruan untuk melakukan sholat malam, lebih mendekatkan diri pada Allah,
memegang teguh keyakinan pada Allah. Karena pada dasarnya kita sebagai makhluk
ciptaanNya, yang sudah seharusnya berkomitmen untuk melaksanakan segala
kewajiban. Seperti tak melalalaikan ibadah kepadaNya. Dan yang terpenting
adalah menyadarkan kita bahwa Allah senantiasa bersama kita, menemani kita dan
selalu menentramkan hati.
-
Makna
kolokatif dalam lirik lagu Sebelum Cahaya.
Makna kolokatif adalah makna yang
berhubungan dengan penggunaan beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Dalam
lirik lagu Sebelum Cahaya banyak kata-kata yang berhubungan dengan kondisi
malam hari. Yaitu seperti tidur, mimpi dan sunyi. Kemudian terdapat juga
kata-kata yang berhubungan dengan tindakan yang mempunyai makna hamper sama.
Lihat saja dalam kata-kata membelaimu cinta, genggamlah tanganku, tak akan
pergi dan temani. Lirik lagu ini mengacu kepada kita manusia untuk senantiasa
mendekatkan diri pada Allah.
PENYIMPULAN
Berdasarkan analisis terhadap lirik lagu Sebelum
Cahaya dalam kajian semantic, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam lirik lagu
Sebelum Cahaya terdapat makna asosiatif atau makna kias, makna stilistik, makna
afektif dan makna kolokatif. Makna asosiatif didapatkan dalam hampir setiap
baris. Diantaranya yaitu ku teringat
hati, bertabur mimpi, kemana kau pergi cinta, perjalanan sunyi, kuatkanlah
hati cinta, embun pagi bersahaja, yang kan membelaimu cinta, kekuatan hati
yang berpegang janji, genggamlah tanganku cinta, ku tak akan pergi
meninggalkanmu sendiri, dan temani hatimu cinta. Makna stilistik berupa gaya
bahasa personifikasi yang mewakili perumpamaan dan untuk memperindah bunyi.
Secara garis besar, lirik ini memberikan pesan kepada kita untuk senantiasa
melaksanakan ibadah kepada Allah serta tetap berpegang teguh pada keyakinan.
DAFTAR ACUAN
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Verhaar. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
bnyak ngomong.. intinya sih sama aja
BalasHapuslumayan
BalasHapus