Kamis, 06 Februari 2014

ANALISIS LIRIK LAGU SEBELUM CAHAYA DALAM KAJIAN SEMANTIK


ANALISIS LIRIK LAGU SEBELUM CAHAYA
DALAM KAJIAN SEMANTIK

HIDAYATUL ILMIAH
122074044
PB 2012
 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Surabaya


ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa lagu merupakan karya sastra yang indah. Selain dengan tujuan untuk menghibur, lagu juga terkadang menyampaikan makna tersirat kepada masyarakat. Hal itu yang menjadi nilai estetika, bahwa makna suatu lagu akan semakin indah apabila bahasa yang digunakan mengandung unsur-unsur asosiatif atau konotatif. Tak berbeda dengan puisi, lirik lagu menggunakan bahasa kias yang memiliki makna tersirat atau tidak sebenarnya. Bahkan terkadang mengandung gaya bahasa, citraan ataupun yang lain. Objek analisis ini adalah lirik lagu Sebelum Cahaya, yang dinyanyikan oleh grup band Letto dengan penciptanya yaitu sang vokalis Noe yang tak lain putra dari budayawan Emha Ainun Najib. Ternyata pribahasa ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’ berlaku untuk Noe. Dia mewarisi bakat ayahandanya. Dalam setiap lagunya, Letto selalu menyuguhkan lagu-lagu yang tak hanya indah dari segi musik namun estetika lirik sangat luar biasa, sebut saja beberapa lagu diantaranya yaitu Ruang Rindu, Permintaan hati, Sebelum Cahaya, Lubang di Hati, dan lain-lain. Adapun salah satu lagu yang ‘menyentuh’ yakni Sebelum Cahaya. Bahasa yang digunakan terkesan mengandung makna tersirat dan bisa disebut ‘tersembunyi’. Hal tersebut dapat menyebabkan kesenjangan antara pencipta dan penikmat lagu. Oleh karena itu, diperlukan analisis tentang lagu ini agar makna yang terkandung di dalamnya bisa tersampaikan sepenuhnya kepada masyarakat.

Kata kunci: lirik lagu Sebelum Cahaya, semantik, makna asosiatif



PENDAHULUAN

Bahasa bukan hanya sekedar deretan kata yang tersusun sedemikian rupa yang diucapkan oleh manusia untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam kehidupan, namun lebih dari itu. Harimurti Kridalaksana (1985:12) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh kelompok manusia. Dalam suatu kelompok masyarakat, bahasa tak hanya sebagai media komunikasi melainkan juga sebagai jati diri atau identitas. Mengapa ? karena bahasa merupakan cerminan pribadi ataupun kebudayaan, baik dalam arti individu; kelompok; atau bahkan Negara sekalipun. Hal ini selaras dengan gagasan yang diungkapkan oleh Finoechiaro (1964:8) bahwa bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi. Sejatinya bahasa timbul dari kebiasaan sehari-hari masyarakat itu sendiri. Dengan bahasa kita mampu menginterpretasikan, bahkan mengekspresikan diri. Penelitian atau analisis bahasa dilakukan selain untuk memperdalam teori atau kajian bahasa, juga untuk menemukan suatu pemecahan dalam masalah kebahasaan. Tak hanya mencangkup struktur melainkan makna yang terkandung di dalamnya. Seperti halnya pengungkapan makna suatu lagu, lirik lagu merupakan bagian dari karya sastra puisi. Seperti yang diungkapkan oleh Nyoman (2009:425), bahwa lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik lagu adalah karya sastra utama dari puisi yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian. Maka pengajian makna bahasa dalam suatu lirik lagu dapat mengungkapkan isi atau amanat yang terkandung dalam lagu tersebut kepada masyarakat.

Analisis makna dalam suatu lirik lagu dengan kajian semantik dimulai dari analisis kata-kata yang tersusun di dalamnya. Semantik yakni disiplin linguistik yang membahas secara mendalam tentang sistem makna (Pateda, 2010:65). Artinya bahwa dalam semantik, bahasa dikaji dari segi makna. Entah makna berdasarkan struktural, ataupun citraan. Dimana citraan sangat relatif, tergantung sudut pandang pemahaman seseorang. Sedangkan menurut Verhaar (2006:13), semantik merupakan cabang linguistik yang membahas arti atau makna, baik itu makna leksikal maupun makna gramatikal. Semantik dibagi dua antara lain, semantik gramatikal dan semantik leksikal. Oleh karena itu makna gramatikal, makna fungsional, makna struktural, atau makna internal. Makna yang muncul dikarenakan akibat berfungsinya suatu kata dalam kalimat sedangkan makna leksikal yaitu, makna suatu kata terdapat dalam kata yan g berdiri sendiri. Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu makna leksikal dan makna kontekstual. Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan erat dengan budaya penuturnya. Artinya yaitu suatu hasil analisis pada suatu bahasa, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain. Selain itu, suatu kata tak hanya mengacu pada satu kata saja. Melainkan juga bisa mengacu pada makna yang lain. Sebagai contohnya adalah kata bisa, dapat diartikan ‘racun’ juga dapat diartikan ‘mampu’. Tergantung konteks kalimatnya. Hal itu yang menjadi salah satu kesulitan mengaji makna kata, apalagi jika menganalisis makna suatu lirik lagu. Tak berbeda dengan puisi, lirik lagu menggunakan bahasa kias yang memiliki makna tersirat atau tidak sebenarnya. Bahkan terkadang mengandung gaya bahasa, citraan ataupun diksi. Begitu juga dengan lirik lagu Sebelum Cahaya. Tak hanya melihat background penciptanya yang merupakan putra dari Budayawan sekaligus Sastrawan Emha Ainnun Najib, namun grup band Letto memang memiliki kecenderungan menyuguhkan lagu-lagu yang dari segi sastra sangat berbobot. Selain pemilihan kata yang indah, gaya bahasa, dan diksi juga makna yang terkandung di dalamnya sangat menyentuh. Dan sebagian besar bertemakan ketuhanan, meski kata-kata yang tersusun terlihat diperuntukkan untuh kekasih yang notabennya manusia. Dari ungkapan ‘cinta’, ‘rindu’, ‘hampa’ ataupun yang lain. Namun apabila ditelaah dan diteliti lebih jauh, terutama dianalisis seorang ahli bahasa. Maka lagu-lagu Letto cenderung bertema tentang Tuhan.

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek adalah lirik lagu Sebelum Cahaya yang akan dikaji dalam salah satu cabang ilmu Linguistik yaitu Semantik. Dimana akan dikaji lebih dalam tentang makna yang terkandung pada setiap deretan kata yang tersusun di dalamnya. Sehingga dapat dipaparkan dan dijelaskan makna apa yang ingin disampaikan penciptanya, mungkin juga terdapat amanat atau pesan tersirat di dalamnya namun tak diketahui oleh pendengar. Maka dalam kajian ini pendengar akan mendapatkan banyak informasi, selain pengetahuan tentang ilmu bahasa juga tentunya makna lirik lagu Sebelum Cahaya tersebut. Analisis dalam lagu ini hanya menyangkut makna, tidak menelaah tentang diksi, gaya bahasa atau yang lain. Karena pada dasarnya Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang membahas tentang makna suatu kata. Maka dalam penelitian ini hanya tentang apa makna yang terkandung dalam lirik lagu Sebelum Cahaya ? dengan tujuan yang tak lain adalah mengungkap makna pada lagu tersebut.






























METODE

Melakukan penelitian, berarti peneliti harus melakukan tiga tahapan yakni menyediakan data, menganalisis data dan menyajikan hasil analisis data. Dalam menyediakan data, peneliti harus mengupayakan data yang diperoleh cukup untuk penelitian. Data yang dimaksud adalah fenomena lingual yang mencangkup masalah yang akan dikaji. Upaya penyediaan data itu, semata-mata untuk dan demi kepentingan analisis (Sudaryanto 1993:5-6). Setelah penyediaan data, maka peneliti mulai menganalisis data tersebut. Tahapan ini merupakan tahapan yang paling penting dan sentral. Karena proses ini sangat krusial dan harus benar-benar dilakukan dengan baik dan relevan. Metode yang digunakan untuk proses analisis data terdiri dari dua, yakni metode Padan dan metode Agih. Metode yang biasa disebut dengan metode identitas ini merupakan metode yang dipakai untuk mengaji atau menentukan identitas satuan lingual penentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto 1993). Menurut Sudaryanto (1993) metode padan dibagi menjadi lima macam, yaitu metode referensial; metode fonetis artikulatoris; metode translasional; metode ortografis; dan metode pragmatis. Sedangkan metode Agih adalah metode analisis data yang alat penentunya justru bagian dari bahasa itu. Alat penentu dalam rangka kerja metode Agih selalu berupa unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbial), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat), klausa, silabe kata, titinada, dan yang lain. (Sudaryanto, 1993:15-16). Teknik pada metode Agih dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Untuk menganalisis lirik lagu Sebelum Cahaya ini, peneliti menggunakan metode Padan.
Penelitian terhadap lirik lagu Sebelum Cahaya ini, dilakukan dengan analisis makna kata berdasarkan kajian semantik. Penganalisisan data yakni dengan mencari beberapa referensi penelitian sebelumnya serta mengkomparasikan dengan hasil analisis peneliti. Dilakukan perbandingan dari perbedaan dan persamaan data, sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih akurat. Pencarian referensi dari penelitian-penelitian dilakukan dengan tujuan agar hasil analisis terkesan tidak mengada-ada, sehingga bisa dilakukan perbandingan karena analisis makna tergantung pemahaman peneliti terhadap konsep semantik itu sendiri.















HASIL DAN PEMBAHASAN

Lirik lagu Sebelum Cahaya :

Ku teringat hati yang bertabur mimpi
Kemana kau pergi cinta
Perjalanan sunyi yang kautempuh sendiri
Kuatkanlah hati cinta


Ingatkan engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkan engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang kan membelaimu cinta


Kekuatan hati yang berpegang janji
Genggamlah tanganku cinta
Ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
Temani hatimu cinta


Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dapat dipaparkan penjelasan tentang makna asosiatif , makna stilistik, makna afektif dan makna kolokatif dalam tiap kata-kata yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.

Ku teringat hati yang bertabur mimpi
Kemana kau pergi cinta
Perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri
Kuatkanlah hati cinta

Ingatkan engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkan engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang kan membelaimu cinta

Kekuatan hati yang berpegang janji
Genggamlah tanganku cinta
Ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
Temani hatimu cinta








- Makna Asosiatif dalam lirik lagu Sebelum Cahaya.

NO
Lirik
Asosiasi
1.
Ku teringat hati
Kesadaran tentang pengawasan Tuhan
2.
Bertabur mimpi
Tidur
3.
Kemana kau pergi cinta
Pergi
4.
Perjalanan sunyi
Sepi, kondisi yang sunyi dan senyap
5.
Kuatkanlah hati cinta
Tidak lemah, tegar dan semangat
6.
Embun pagi bersahaja
Ketentraman, kenyamanan
7.
Yang kan membelaimu cinta
Selalu menemani dan bersama
8.
Kekuatan hati yang berpegang janji
Menepati janji, menjalankan kewajiban, tanggung jawab
9.
Genggamlah tanganku cinta
Mendekatkan diri
10.
Ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
Tetap bersama, tidak meninggalkan, tidak beranjak pergi
11.
Temani hatimu cinta
Selalu menemani





Makna asosiatif yang biasa disebut dengan  makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. Merupakan makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa (Chaer, 2007:293). Dari data di atas, ditemukan kata-kata ‘ku teringat hati’ yang berasosiasi dengan kesadaran tentang pengawasan Tuhan. Artinya bahwa Tuhan Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Tuhan mengetahui segala perbuatan dan tindakan yang dilakukan makhlukNya, termasuk manusia. Lalu digabungkan dengan kata-kata yang bertabur mimpi’ dapat berasosiasi dengan kata tidur. Seyogyanya mimpi akan muncul ketika kita tengah terlelap tidur. Lalu diperkuat dengan ‘kemana kau pergi cinta’ yang bisa berasosiasi dengan pergi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ini bermakna seseorang yang telah terlelap dalam tidurnya lalu bangun ataupun beranjak pergi.
Kemudian dalam kalimat perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri kuatkanlah hati cinta, kata perjalanan sunyi’ memiliki asosiasi sepi, kondisi yang sunyi dan senyap. Menjelaskan bahwa suasana malam hari yang begitu sunyi dan dilalui seorang diri. Kemudian kata-kata kuatkanlah hati cinta’, kuat berarti tidak lemah, tegar dan semangat. Maksudnya yaitu lebih memberi semangat, dorongan dan motivasi pada diri sendiri. Pada bait kedua ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja yang menemanimu sebelum cahaya ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra yang kan membelaimu cinta. ‘embun pagi bersahaja’ artinya ketentraman atau kenyamanan. Bahwa Tuhan selalu memberi ketentraman dan kenyamanan pada kita. ‘Yang kan membelaimu cinta’, memiliki asosiasi selalu menemani. Tuhan yang disini adalah Allah mengingatkan bahwa kita tidak sendiri dalam menjalankan shalat Lail. Shalat Lail yaitu shalat malam bagi seorang muslim (manusia yang beragama Islam) yang mempunyai hukum sunnah. Shalat Lail biasanya dikerjakan dini hari, dan saat itu tentu ada tetesan embun pagi yang selalu menemani kita hingga fajar terbit dari ufuk timur dan semilir angin merasuk dalam tubuh dengan perhalan dan lembut. Kekuatan hati yang berpegang janji genggamlah tanganku cinta ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri temani hatimu cinta. Kata-kata kekuatan hati yang berpegang janji’ memiliki asosiasi menepati janji, menjalankan kewajiban ataupun tanggung jawab. Artinya bahwa beribada kepada Allah itu hukumnya wajib. Harus senantiasa dilaksanakan dengan sepenuh hati dan keikhlasan.
Ibadah kepada Sang Pencipta merupakan tanggung jawab yang tidak boleh dilalaikan dan kata menepati janji yaitu tetap memegang teguh komitmen kepada Allah untuk selalu beriman kepadaNya. Salah satunya yakni dengan mengerjakan shalat, yang dalam hal ini adalah shalat Lail. Kemudian ‘genggamlah tanganku cinta’, selalu bersama Tuhan. Maksudnya bahwa kita sebagai manusia hendaklah tetap berpegang teguh pada keyakinan. Dengan selalu menjalankan ibadah, menjaga keimanan agar tidak terkikis oleh perubahan jaman. Lirik ‘ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri’, artinya tidak beranjak pergi. Allah akan selalu bersama hambaNya. Allah tetap berada di sekitar kita, setia bersama kita. Namun terkadang justru kita yang kian menjauhiNya. Dengan terus-menerus melakukan dosa. Sekarang melanggar aturan Allah dianggap sudah biasa dan menjadi kebiasaan, sedangkan untuk beribadah enggan melakukan. Lalu kata-kata ‘temani hatimu cinta’, selalu menemani. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Allah tak pernah meninggalkan kita. Sang Khalik akan selalu menemani manusia, yang telah diutusnya untuk menjadi khalifah di bumi. Namun nyatanya dewasa ini, manusia sendiri yang merusak alam. Seperti pemborosan energy, penebangan hutan sembarangan, membuang sampah sembarangan, pembangunan-pembangunan yang tidak memperdulikan kelestarian lingkungan dan lain-lain. Sehingga memicu terjadinya bencana, namun saat itu juga banyak dari kita yang menyalahkan Allah. Kita tak pernah sadar bahwa itu ulah perbuatan kita sendiri yang tak mau menjaga alam. Namun Allah tetap mengingatkan kita, memberikan kita peringatan melalui bencana atau cobaan. Yang terpenting adalah, Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai manusia harus mentaati segala ketentuanNya. Karena meski manusia tidak taat Allah tidak akan pernah meninggalkan hambaNya.


-          Makna stilistik dalam lirik lagu Sebelum Cahaya.
Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahaya yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Rangkaian kata-kata dalam lirik lagu Sebelum Cahaya menceritakan suatu keadaan saat masih terlelap tidur hingga bangun dan perintah melaksanakan shalat malam saat suasana sepi. Lalu kehadiran Allah yang senantiasa bersama kita dan tak pernah meninggalkan hambaNya, sekalipun kita tidak taat kepadaNya. Cerita yang disuguhkan secara ringkas namun padat tersebut membuat lirik lagu Sebelum Cahaya sarat akan makna stilistik. Gaya bahasa personifikasi dapat ditemukan dalam kata-kata berasosiasi atau bermakna kias yang telah diuraikan di atas. Sebenarnya kata-kata tersebut merupakan perumpamaan, sehingga memiliki unsur makna stilistik.


-          Makna afektif dalam lirik lagu Sebelum Cahaya.
Makna afektif yaitu makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Makna afektif yang akan dirasakan oleh pendengar atau pembaca lirik lagu ini yaitu seruan untuk melakukan sholat malam, lebih mendekatkan diri pada Allah, memegang teguh keyakinan pada Allah. Karena pada dasarnya kita sebagai makhluk ciptaanNya, yang sudah seharusnya berkomitmen untuk melaksanakan segala kewajiban. Seperti tak melalalaikan ibadah kepadaNya. Dan yang terpenting adalah menyadarkan kita bahwa Allah senantiasa bersama kita, menemani kita dan selalu menentramkan hati.


-          Makna kolokatif dalam lirik lagu Sebelum Cahaya.
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Dalam lirik lagu Sebelum Cahaya banyak kata-kata yang berhubungan dengan kondisi malam hari. Yaitu seperti tidur, mimpi dan sunyi. Kemudian terdapat juga kata-kata yang berhubungan dengan tindakan yang mempunyai makna hamper sama. Lihat saja dalam kata-kata membelaimu cinta, genggamlah tanganku, tak akan pergi dan temani. Lirik lagu ini mengacu kepada kita manusia untuk senantiasa mendekatkan diri pada Allah.

PENYIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap lirik lagu Sebelum Cahaya dalam kajian semantic, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam lirik lagu Sebelum Cahaya terdapat makna asosiatif atau makna kias, makna stilistik, makna afektif dan makna kolokatif. Makna asosiatif didapatkan dalam hampir setiap baris. Diantaranya yaitu ku teringat hati, bertabur mimpi, kemana kau pergi cinta, perjalanan sunyi, kuatkanlah hati cinta, embun pagi bersahaja, yang kan membelaimu cinta, kekuatan hati yang berpegang janji, genggamlah tanganku cinta, ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri, dan temani hatimu cinta. Makna stilistik berupa gaya bahasa personifikasi yang mewakili perumpamaan dan untuk memperindah bunyi. Secara garis besar, lirik ini memberikan pesan kepada kita untuk senantiasa melaksanakan ibadah kepada Allah serta tetap berpegang teguh pada keyakinan.



































DAFTAR ACUAN

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Verhaar. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press




2 komentar: